Setyo Raharjo
”Program ini tak hanya terbuka untuk masyarakat umum tetapi juga private sector yang peduli lingkungan dan ingin berpartisipasi dalam menyelamatkan bumi,” ujar Regional Vice President Conservation International Indonesia, Jatna Supriatna, dalam siaran persnya, Sabtu (19/4).
Menurutnya,
melalui program ini tidak hanya banjir yang dapat dicegah tetapi juga
menyelamatkan owa jawa yang populasinya semakin terancam karena
kerusakan habitat.
Program
ini dilaksanakan atas kenyataan bahwa rusaknya daerah resapan air di
kawasan hulu sungai dan daerah tangkapan air mengakibatkan sekitar 60
persen wilayah di Jakarta tergenang banjir. Berdasarkan hasil
penelitian, curah hujan yang terjadi di kawasan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciliwung Hulu dan Tengah yang sumbernya berasal dari kawasan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dan kawasan hutan sekitarnya, ternyata
memberikan kontribusi banjir di daerah hilir (Jakarta) sebesar
masing-masing 51% dan 49%.
“Kembali
pada ingatan kita tentang peristiwa banjir Jakarta tahun 2006 lalu yang
menyebabkan 50 orang meninggal dunia dan 512,170 kehilangan tempat
tinggal. Kerugian materiil dari bencana ini mencapai angka 8,8 trilyun
rupiah, belum lagi penyakit yang timbul pasca bencana,” katanya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Dr. Bambang Sukmananto, mengatakan bahwa sudah
saatnya kita berkolaborasi dengan semua pihak yang peduli lingkungan
demi menyelamatkan ekosistem hutan hujan tropika di Jawa melalui
restorasi ekosistem Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Para
pihak yang dimaksud di antaranya adalah kalangan LSM, organisasi
politik, masyarakat internasional dan masyarakat di Jakarta khususnya
yang sudah bosan terkena banjir tahunan.
“Dengan
berpartisipasi dalam program adopsi pohon ini, anda sudah dapat
menolong masyarakat sekitar hutan juga masyarakat Jakarta dari
penderitaan banjir,” lanjut Sukmananto.
Dalam
siaran pers tersebut juga dikatakan bahwa sebagai debut pada program
adopsi pohon ini, empat menteri perempuan juga sudah berkomitmen untuk
mengadopsi pohon, yaitu Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Menteri
Perdagangan Marie Elka Pangestu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
Meutia Hatta, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Deputi Gubernur
Bank Indonesia Miranda Gultom, yang masing-masing mengadopsi lima
hektar. Turut berpartisipasi pula dalam program ini, Megawati Sukarnoputri (Mantan Presiden RI) melalui kader-kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengadopsi 10 hektar. Program ini juga mendapat dukungan penuh dari Medco Foundation.
Penanaman pohon ini dilaksanakan mulai hari Sabtu, tanggal 19 April 2008 di desa Nanggerang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jenis-jenis pohon yang
akan ditanam adalah Rasamala, Puspa, Manglid, Suren dan Cempaka. Jenis
pohon tersebut adalah pohon asli yang sudah ada di dalam TNGGP
sebelumnya.
“Langkah
kecil dalam penyelamatan lingkungan ini perlu ditiru bagi setiap orang
atau organisasi, perusahaan yang peduli terhadap pelestarian bumi,
kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan hidup spesies di TNGGP,”
tegasnya.
Masyarakat
umum juga bisa menjadi bagian dari program adopsi pohon ini dengan cara
menyumbangkan uang sebesar Rp. 3.000 perbulan untuk 1 pohon melalui
Green Radio yang rencananya akan mengadopsi lima hektar area di TNGGP
untuk dijadikan kawasan Hutan Sahabat Green. Dengan 3.000
rupiah sebulan atau 108.000 rupiah untuk masa perawatan tiga tahun, anda
dapat memiliki 1 pohon atas nama anda di Hutan Sahabat Green.
Sekilas TNGGP
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia.
Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980. Saat ini, dengan
luas 21.975 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan
tropis pegunungan, hanya berjarak dua jam (100 km) dari Jakarta. Di dalam kawasan hutan TNGGP dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau kantong semar (Nephentes spp);
berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan
yang belum dikenal namanya secara ilmiah, seperti jamur bercahaya.
Disamping
keunikan tumbuhannya, kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari
berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih
dari 100 jenis mamalia seperti macan tutul jawa, kijang, pelanduk,
anjing hutan, sigung, dan lainnya serta sekitar 250 jenis burung
termasuk elang jawa dan berbagai jenis élang lainnya. Kawasan ini juga
merupakan habitat bagi owa jawa, surili, kukang dan lutung yang
populasinya semakin mendekati kepunahan. Ketika anda hiking di kawasan TNGGP, anda dapat menikmati keindahan ekosistem hutan hujan tropis Indonesia (Sumber: www.gedepangrango.org).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar